Universitas Pertahanan Melahirkan Pemimpin Militer dan Sipil yang Handal

Jakarta-TBN.com : UNIVERSITAS PERTAHANAN disingkat Unhan, atau Indonesian Defence University (IDU) diresmikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, pada 11 Maret 2009. Perguruan tinggi ini didesain untuk melahirkan pemimpin militer dan sipil Indonesia yang handal. Alumni Unhan tak cuma fasih berbicara soal senjata dan taktik militer, juga ahli dalam kajian strategis.

Lima bulan setelah diresmikan, tepat 20 Juli 2009 perkuliahan pertama dimulai.  Dan 1 Pebruari 2011 Angkatan pertama Unhan diwisuda di Gedung Piere Tendean, Kementerian Pertahanan, Jakarta. Ada 29 mahasiswa lulusan Strata 2 (S2) pada program studi Manajemen Pertahanan angkatan pertama  yang diwisuda.  Mereka berhak menyandang gelar master pertahanan (Mhan).

Menurut Rektor Unhan, Mayjen TNI Dr Syarifudin Tippe, pada program studi manajemen pertahanan diikuti 33 mahasiswa, teridiri dari 18 orang perwira TNI dan 15 orang sipil. Mahasiswa sipil berasal dari  fresh graduate perguruan tinggi negeri, swasta, media massa, BUMN, dan LSM. Dari jumlah 33 tersebut, empat belum dapat diwisuda karena masih menyelesaikan tesis dan dua lain harus mengulang beberapa mata kuliah. Mereka telah mengikuti pendidikan satu setengah tahun  dengan 41 SKS, termasuk penyusunan tesis.

Angkatan pertama melakukan kuliah kerja nyata di perbatasan Entikong, Kalimantan Barat, dan dilanjutkan ke Kuching, Malaysia. “Sedangkan kuliah kerja luar negeri dilaksanakan di Jerman selama tiga minggu dan di Australia selama delapan hari,” kata Tippe.

Menteri Pertahanan Prof Dr Punomo Yusgiantoro dalam sambutan acara wisuda angkatan pertama itu mengatakan, wisuda mahasiswa ini merupakan hasil kerja keras dari Unhan. Selain itu, wisuda ini juga merupakan hasil awal dari semangat menciptakan atau membangun pada tiap aspek di kalangan sipil dan militer. Pendidikan di Unhan ini secara substansial memiliki semangat untuk mengidentifikasi berbagai aspek atau isu dalam pertahanan dan keamanan nasional, serta mencoba mengkaji feasibility-nya untuk dipelajari secara mendalam dalam sebuah program studi. Untuk itu, Purnomo berharap, para lulusan Unhan mampu berkontribusi secara signifikan.

Tidak hanya melahirkan kebijakan-kebijakan pertahanan negara yang unggul, melainkan juga pada tatanan implementasi sesuai level, pangkat, jabatan atau lingkup penugasan. Sehingga  setiap lulusan mampu menginspirasi dan menjadi agen-agen perubahan di semua lini pemangku kepentingan (stake holders) pertahanan negara. Ia juga berharap para lulusan dapat membuktikan di tempat tugas masing-masing bahwa para lulusan Unhan berkualitas internasional yang dapat memberikan kontribusi penting bagi pembangunan pertahanan negara.

“Menjadi motor dalam mewujudkan keunggulan strategis SDM pertahanan negara,” ujar Menhan.

Unhan dirancang sebagai salah satu pilar pendidikan yang berjalan seiring dan saling melengkapi dengan dua pilar utama lainnya. Yaitu, pilar pelatihan dan pilar penugasan, dalam rangka mencetak SDM yang handal.

“Dalam pertahanan negara, kualitas sumber daya manusia merupakan faktor kunci bagi faktor-faktor lainnya,” ujar Purnomo.

Tiga Keunikan Unhan

Setidaknya ada tiga keunikan Unhan untuk didayagunakan membangun keunggulan strategis pertahanan negara. Pertama, Unhan satu-satunya perguruan tinggi di Indonesia yang memfokuskan program pendidikan pada bidang pertahanan.

Kedua, dirancang sebagai bagian penting dari institusi pertahanan guna memperkuat posisi Indonesia dalam kerja sama internasional di bidang pertahanan, khususnya di Asia Tenggara.

Ketiga, Unhan telah dan akan terus menerapkan standar internasional bagi proses pendidikan dan kualitas lulusannya.

Bila dilihat dari sisi kelembagaan maupun sisi penyelenggaraan pendidikan, Unhan punya arti penting dalam membangun keunggulan strategis SDM pertahanan negara. Unhan hadir pada saat yang tepat, di saat bangsa Indonesia sedang menghadapi pekerjaan besar, mereformasi atau menata ulang sektor pertahanan dan keamanan, yang sudah dimulai sekitar sepuluh tahun lalu.

“Salah satu persoalan penting yang dihadapi adalah munculnya begitu banyak ragam pemahaman tentang pertahanan dan keamanan, yang mengkotak-kotakkan kita,” ujar Purnomo.

Bahkan menggiring pada posisi yang saling berhadapan antara sipil dengan militer, antara negara atau pemerintah dengan rakyat. Juga berbagai bentuk dikotomi lain yang tidak menguntungkan bangsa Indonesia. Dalam situasi seperti ini Unhan hadir sebagai salah satu wadah yang akan menjadi melting point (peleburan atau pembauran) yang menyelaraskan pemahaman serta menyatukan langkah dan tindakan kita dalam memajukan sektor pertahanan dan keamanan.

“Teruslah, bangun Unhan kita ini. Luaskan dan perkuat kerja sama di dalam maupun di luar negeri. Jangan pernah kendur dalam meningkatkan kualitas pendidikan dan kualitas kelulusan Unhan,” kata Purnomo menambahkan.

Sementara itu, Dirjen Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Nasional, Dr Djoko Santoso, yang mewakili Menteri Pendidikan Nasional, menyampaikan pesan kepada Rektor Unhan dan seluruh civitas akademika, bahwa tahun-tahun awal pertumbuhan Unhan ini dianggap suatu hal yang penting dalam penanaman budaya akademik, serta pemahaman dengan tajam tentang visi dan misi dan nilai-nilai yang harus dibangun dan dikembangkan. Hasil dari setiap perguruan tinggi, pertama-tama tentu akan dilihat dari kelulusannya.

“Alumni adalah cermin mutu dari setiap perguruan tinggi,” kata Djoko.

NKRI buru Sistem Pertahanan Negara yang kuat

Dalam era yang diwarnai persaingan global, pertahanan negara menjadi pondasi yang tidak bisa ditinggalkan, karena akan menghasilkan daya saing bangsa Indonesia yang dikaruniai sumber daya alam yang besar, yang diincar banyak negara. Dengan memiliki lebih dari 17 ribu pulau, kesatuan dan persatuan NKRI membutuhkan sistem pertahanan negara yang kuat untuk mempertahankan kedaulatan negara. Kondisi geo politik, geo ekonomi, dan geo sosial yang terus berubah secara dinamis membutuhkan kesiapan sumber daya pertahanan yang unggul di dalam negeri. Perguruan tinggi merupakan ujung tombak dalam menyiapkan SDM. Banyak pakar memperkirakan, Indonesia yang saat ini menempati posisi ke-15 dalam skala besar ekonominya, kelak menjadi tujuh terbesar (e-sevent) dalam beberapa dasawarsa ke depan.

Salah satu syarat adalah keamanan dan pertahanan negara terhadap berbagai gangguan dan ancaman, baik dari dalam maupun dari luar, dapat diminimalisir. Kemajuan iptek yang berkembang pesat, selain memberikan peluang pada kita semua, ternyata dapat membuka ancaman dan pertahanan keamanan yang baru, baik berupa perang konvesional berbasis teknologi maupun perang-perang baru berbentuk perang informasi, seperti perang dalam cyber war, perang dagang, perang ideologi, terorisme, perang sosial, budaya, maupun ekonomi.

“Juga tidak bisa kita abaikan perang intelijen,“ kata Dirjen Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Nasional, Dr Djoko Santoso.

Semua itu perlu penangkal kuat. Kunci pertama, SDM, kedua doktrinisasi dan taktik, dan ketiga teknologi. Oleh karena itu, Unhan punya mandat utama menyiapkan sumber daya pertahanan yang unggul dengan melakukan kajian-kajian strategis, untuk memperkuat doktrin pertahanan, strategi dan taktik pertahanan, serta mengembangkan iptek yang dibutuhkan.

Dengan kekhasan dan keunggulan yang dibangun Unhan itu, maka negara akan semakin berdaulat dan disegani bangsa-bangsa lain. “Spirit politik luar negeri bebas aktif dan cinta perdamaian hendaknya dijadikan landasan dalam pengembangan keilmuan di universitas ini,” ujar Djoko. Karena aspek kelimuan maupun teknologi dalam pertahanan sangat luas dan beragam, selayaknya Unhan selalu bekerja sama dengan  perguruan tinggi lain di dalam kehidupan pertahanan lainnya. Yaitu, bersama-sama membangun SDM melalui pendidikan, riset, dan pengabdian masyarakat, baik ilmu pengetahuan maupun teknologi serta budaya. [***]